Laporan Kunjungan Perjalanan Estetis di Galeri Seni 2Madison

Hasil Analisis 5 Karya Lukis di Galeri Seni 2Madison Berdasarkan Teori, Aliran dan Pengalaman Estetika


1. The Guardians, The Sun, and The Land

by TEMPA

Lukisan akrilik bernama The Guardians, The Sun, and The Land yang diciptakan oleh seniman TEMPA pada kanvas berukuran 200x 150 cm ini memiliki makna sebagai berikut, karya ini melukiskan tanaman pekarangan rumah beserta batu-batuanya yang rimbun dan membentuk suatu ekosistem hidup, ada sosok beberapa kepala orang diantaranya, saling muncul, melihat, mengawasi, dan memandang, terlihat berbagai orang saling memperlihatkan dirinya. Lukisan ini dibuat diera pandemi 2020. Dimana kita semua dihadapkan dengan kejadian luar biasa yaitu covid yang mengharuskan kita untuk menyesuaikan, beradaptasi, dan menstabilkan kebutuhan kita sebagai manusia. Merupakan gagasan pada karya ini, bagaimana cara kita menjaga karma baik yang terus tumbuh secara organik jika kita melakukannya dengan ketulusan di kehidupan. Bagaimana cara kita menikmati moment saat ini dari hal-hal kecil yang sudah tersedia, tumbuh, bernafas, sinar matahari, suara-suara alam, yang tanpa sadar itu adalah anugrah yang paling mudah kita rasakan dan kita syukuri.

Analisis dengan teori yang sudah diberikan, lukisan ini dapat dimasukan ke teori Significant Form yang dicetuskan oleh Clive Bell, yang dimana terlihat banyak unsur-unsur seni rupa yang terlukiskan pada lukisan tersebut, contohnya garis  warna warni, gradasi dan tekstur yang terdapat pada latar belakang. Selain itu, jika dilihat dari teori Mimesis yang dicetuskan oleh Plato dan Aristoteles lukisan ini juga terdapat elemen hasil meniru bentuk dari dunia nyata yang dihasilkan dari melewati alam ideal sang pelukis seperti bentuk kepala manusia, dedaunan serta pemandangan bulan yang memiliki interpretasi tersendiri.

Analisis tentang aliran lukisan tersebut, lukisan ini masuk ke dalam aliran Pop Art, yaitu aliran lukisan yang melawan kebosanan dan kejenuhan terhadap seni lukis tanpa objek (sasaran) karena menggunakan warna yang "pop".

Analisis pengalaman estetika pada karya lukis ini yaitu dapat diambil dari Teori Estetika Formil, yaitu keindahan pada lukisan ini berhubungan dengan bentuk dan warna. Keindahan yang dapat dilihat dari ukuran lukisannya yang besar yaitu  200x 150 cm, 2 dimensi yaitu hanya dapat dilihat dari satu arah, dan kombinasi warna populer seperti kuning, pink, dan biru menghasilkan garis dan pola-pola yang menghasilkan nilai estetis.


2. Mindful Energy: Balance

by TEMPA

Lukisan akrilik bernama Mindful Energy: Balance yang diciptakan oleh seniman TEMPA pada kanvas berukuran 90x 60 cm ini memiliki makna sebagai berikut, Karya seri Mindful Energi ini semakin berkembang seiring banyaknya cerita-cerita pengalaman pribadi dan cerita-cerita orang-orang yang kami temui. Dengan semangat dan energi yang sama tentang kesehatan pikiran, kesehatan emosi, dan kesehatan tubuh. Bagaimana kesadaran muncul karena kita punya pikiran, pikiran karena otak, dengan otak, kita punya emosi. Emosi terkait erat dengan pikiran. Pikiran yang bekerja akan memicu kemunculan hormon-hormon tertentu. Saat kita bersuka cita maka akan muncul hormon dopamine, endorphin, serotinin, sehingga akan memicu suasana bahagia. Sebaliknya jika kita hidup dengan masalah, ketakutan, tertekan, rasa bersalah dan sebagainya, maka yang kita keluarkan adalah hormon kortisol. Dari gagasan tersebutlah karya Mindful Energi:Balance #5,#6,#7 kali ini bercerita. Lukisan bentuk perempuan dengan berbagai macam cerita tentang hobi, pekerjaan, kewajiban dan hal-hal yang disukai dan dikuasai. Salah satunya dengan melatih pikiran, menemukan formula baik untuk diri kita, belajar bertumbuh, saling melindungi, berbagai hal- hal yang menyenangkan. Agar menumbuhkan energi-energi baik untuk diri kita dan sekitarnya.

Analisis dengan teori yang sudah diberikan, jika dilihat dari teori Mimesis yang dicetuskan oleh Plato dan Aristoteles lukisan ini juga terdapat elemen hasil meniru bentuk dari dunia nyata yang dihasilkan dari melewati alam ideal sang pelukis seperti bentuk beda-beda mati seperti sepatu lentera, cangkir dan teko dan benda organik lainnya seperti tanam-tanaman dan bentuk utamanya yaitu manusia tanpa kepala yang menopang benda-benda mati tersebut yang memiliki interpretasi keseimbangan. Lukisan ini juga dapat dimasukan ke teori Significant Form yang dicetuskan oleh Clive Bell, yang dimana terlihat banyak unsur-unsur seni rupa yang terlukiskan pada lukisan tersebut, contohnya garis  warna warni, tekstur pada badan si manusia tanpa kepala, serta warna-warna yang beragam namun seimbang. 

Analisis tentang aliran lukisan tersebut, lukisan ini masuk ke dalam aliran Pop Art, yaitu aliran lukisan yang melawan kebosanan dan kejenuhan terhadap seni lukis tanpa objek (sasaran) karena objek-objek dengan warna yang nyata.

Analisis pengalaman estetika pada karya lukis ini yaitu dapat diambil dari Teori Estetika Formil, yaitu keindahan pada lukisan ini berhubungan dengan bentuk dan warna. Keindahan yang dapat dilihat dari ukuran lukisannya yang besar yaitu  90 x 60 cm, 2 dimensi yaitu hanya dapat dilihat dari satu arah, dan kombinasi warna yang seimbang.


3. City of King


by Tri Pandrong

Lukisan akrilik bernama City of King yang diciptakan oleh seniman bernama Tri Pandrong yang berukuran beragam, salah satunya ukuran 80 x 140 cm ini terinspirasi dari kota Metropolitan yang paling terkenal di dunia, New York City. Ciri khas dari New York City, yakni ribuan bangunan dengan berbagai ketinggian, warna, fungsi, dan sejarahnya menyerupai kehidupan yang pastinya akan memiliki masa UPS dan DOWNs. Menggunakan teknik 'color blocking' untuk menampilkan kilauan sinar matahari, dan gemerlap cahaya lampu Billboard di malam hari. Selain itu memberikan elemen 'kejutan' pada karya ini, dimana jika disinar lampu UV, akan terlihat objek daun pisang dalam bentuk mahkota. 

Analisis dengan teori yang sudah diberikan, lukisan ini dapat dimasukan ke teori Significant Form yang dicetuskan oleh Clive Bell, yang dimana terlihat banyak unsur-unsur seni rupa yang terlukiskan pada lukisan tersebut, contohnya seperti bentuk geometris persegi dan persegi panjang yang tersusun menjadi gedung-gedung. Selain itu, jika dilihat dari teori Mimesis yang dicetuskan oleh Plato dan Aristoteles lukisan ini juga terdapat elemen hasil meniru bentuk dari dunia nyata yang dihasilkan dari melewati alam ideal sang pelukis seperti bentuk bangunan-bangunan yang tersusun menjadi tatanan kota New York.

Analisis tentang aliran lukisan tersebut, lukisan ini masuk ke dalam aliran Kubisme, yaitu aliran lukisan yang memiliki bentuk-bentuk geometris seperti persegi dan persegi panjang, berpadu dengan warna yang sangat perspektif.

Analisis pengalaman estetika pada karya lukis ini yaitu dapat diambil dari Teori Estetika Formil, yaitu keindahan pada lukisan ini berhubungan dengan bentuk dan warna. Keindahan yang dapat dilihat dari ukuran lukisannya yang besar yaitu  80 x 140 cm, 2 dimensi yaitu hanya dapat dilihat dari satu arah, dan kombinasi warna yang sangat perspektif.

4. Merah


by Reydo Respati

Lukisan mix media bernama Merah yang diciptakan oleh seniman bernama Reydo Respati pada kertas berukuran 200 x 105 cm ini memiliki makna sebagai berikut, Masa pandemi telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Kita dituntut untuk mampu beradaptasi dengan cepat ditengah kondisi yang tidak menentu. Karya ini merupakan respon perupa terhadap disrupsi era digital yang berdampak pada perubahan cara berpikir dan pola bertindak dalam keseharian. Sementara pikiran kita digiring untuk berkelana di dunia maya, fisik tetap harus berinteraksi dengan realita nyata yang seringkali tidak realistis.

Analisis dengan teori yang sudah diberikan, jika dilihat dari teori Mimesis yang dicetuskan oleh Plato dan Aristoteles lukisan ini juga terdapat elemen hasil meniru bentuk dari dunia nyata yang dihasilkan dari melewati alam ideal sang pelukis seperti bentuk beda-beda mati seperti orang yang sedang berbaring, kuda dan benda mati lainnya seperti kursi dan matras kotak-kotak. Lukisan ini juga dapat dimasukan ke teori Significant Form yang dicetuskan oleh Clive Bell, yang dimana terlihat banyak unsur-unsur seni rupa yang terlukiskan pada lukisan tersebut, contohnya garis  warna putih, warna warni, serta tekstur yang terdapat pada badan manusia yang sedang berbaring.

Analisis tentang aliran lukisan tersebut, lukisan ini masuk ke dalam aliran Fauvisme, yaitu aliran lukisan yang memberikan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya, seperti orang yang sedang berbaring, kuda dan benda mati lainnya seperti kursi dan matras kotak-kotak yang dilukis mirip dengan aslinya dan menginterpretasikan perasaan tertentu.

Analisis pengalaman estetika pada karya lukis ini yaitu dapat diambil dari Teori Estetika Ekspresionis, yaitu keindahan pada lukisan ini mengungkapkan ekspresi si seniman yang memiliki maksud dan tujuan tertentu.

5. I Still Believe

by Angga Wahyu a.k.a Lowpop

Lukisan akrilik bernama I Still Believe yang diciptakan oleh seniman bernama Angga Wahyu a.k.a Lowpop yang berukuran 120 x 100 cm ini menginterpretasikan masa-masa sulit dalam hidup, kita membutuhkan dukungan dan dorongan, khususnya dari orang-orang terdekat, agar bisa bertahan dan mampu melewati atau mengatasinya. Mencoba memahami setiap masalah  adalah cara agar kita tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya. Hal itu yang akan menjadikan kita pribadi yang kuat, tangguh, pantang menyerah. Meski terkadang semua itu terasa menyesakkan namun tetaplah terpercaya bahwa pada akhirnya semua akan baik-baik saja.

Analisis dengan teori yang sudah diberikan, lukisan ini dapat dimasukan ke teori Significant Form yang dicetuskan oleh Clive Bell, yang dimana terlihat banyak unsur-unsur seni rupa yang terlukiskan pada lukisan tersebut, contohnya seperti bentuk-bentuk geometris dan non-geometris serta perpaduan warna. Selain itu, jika dilihat dari teori Mimesis yang dicetuskan oleh Plato dan Aristoteles lukisan ini juga terdapat elemen hasil meniru bentuk dari dunia nyata yang dihasilkan dari melewati alam ideal sang pelukis seperti bentuk benda hidup dan benda mati lainnya.

Analisis tentang aliran lukisan tersebut, lukisan ini masuk ke dalam aliran Fauvisme dan Pop, yaitu aliran lukisan yang memberikan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya, dan aliran lukisan yang melawan kebosanan dan kejenuhan terhadap seni lukis tanpa objek (sasaran) karena objek-objek dengan warna yang nyata.

Analisis pengalaman estetika pada karya lukis ini yaitu dapat diambil dari Teori Estetika Ekspresionis, yaitu keindahan pada lukisan ini mengungkapkan ekspresi si seniman yang memiliki maksud dan tujuan tertentu yaitu menunjukan ekspresi si seniman ketika merasakan masa-masa sulit yang dapat dilewati atau diatasi sehingga menjadikan dirinya sebagai manusia yang kuat.


Kesimpulan

Untuk mampu menganalisis sebuah karya lukis membutuhkan ilmu pengetahuan seni seperti Teori salah satunya yaitu teori Mimesis dan teori Significant Form yang dicetuskan oleh filsuf terkenal yaitu Plato dan muridnya Aristoteles. Pengetahuan tentang aliran seni sehingga dapat mudah dikategorikan. Serta pemahaman mengenai pengalaman estetis yang memuaskan perasaan dalam menilai keindahan. Pengalaman Apriori pun dibutuhkan karena dengan ingatan mengenai kejadian, keadaan, suatu benda maupun hal lainnya yang pernah dialami seseorang dapat mempengaruhi penilaian terhadap sebuah karya seni. Berbeda dengan orang yang baru pertama kali memiliki pengalaman melihat karya seni, atau disebut juga pengalaman Priori. Hal itu akan mempersulit dalam mendapatkan penilaian estetika terhadap suatu karya seni.


Dokumentasi

Jumat, 20 Oktober 2023



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumusan Masalah Penulisan Artikel Ilmiah Karya Seni

Pemikiran Mendasar Mengenai Seni Dalam Diri

Mereview Jurnal-Jurnal Referensi Penulisan Artikel Ilmiah